Minggu, 21 Maret 2010

Hukum menggambar makhluk bernyawa

Banyak hadist dari nabi SAW dalam kitab-kitab shahih yang menunjukkan keharaman gambar setiap makhluk yang bernyawa seperti manusia dan hewan. Ada pula penjelasan bahwa tukang gambar adalah manusia yang paling keras adzabnya di hari akhir.
Hal tersebut dijelaskan dalam Ashahihain dari abu Hurairah ra, berkata Rasullullah SAW, “Allah SWT berfirman”
“Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang menciptakan seperti ciptaanku, maka hendaklah dia menggambar jagung, atau biji, atau biji gandum.” (HR. Muslim)
Dari abu Sa’id Al-Khudy ra berkata, bersabda rosulullah SAW:
“Sesungguhnya orang yang paling keras adzabnya pada hari kiamat adalah para tukang gambar.” (HR. Bukhari Muslim)
Dari hadist di atas, kita dapat mengetahui bahwa Allah SWT sangat tidak menyukai orang yang menggambar makhluk Allah yang bernyawa. Namun, Allah SWT tidak melarang kita untuk menggambar makhluk-mahluk tidak bernyawa. Sedangkan balasan bagi orang yang menggambar makhluk bernyawa dijelaskan dalam hadist berikut:
Dari Ibnu Abbas ra, Rosullullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang membuat gambar di dunia , maka dia akan dituntut untuk meniupkan ruh kedalamnya, dan dia tidak akan mampu meniupkannya.”
Dan dari Ibnu Abbas ra, sabda Rosullullah SAW:
“Setiap tukang gambar itu ada di neraka, kemudian dijadikan pada setiap gambar (yang dibuat ketika di dunia) ada nyawanya yang mengadzab orang tersebut di Jahanam.”
Naudzubillahimindzalik, Allah SWT telah mengancam akan mengadzab orang-orang yang menggambar makhluk bernyawa dengan menghidupkan gambar-gambar tersebut dan memerintahkannya untuk menganiaya dirinya sendiri.
Jadi sudah jelas bahwa Allah SWT melarang dan mengharamkan menggambar benda-benda bernyawa.

Iman Kepada Hari Akhir

Hari akhir adalah hari kiamat yaitu hari dibangkitkannya manusia untuk dihisab amalnya dan diberi balasan yang setimpal.
Beriman kepada hari akhir mengandung tiga unsur:
1. Beriman dengan Al Ba’ts
Yaitu dihidupkannya kembali orang-orang yang sudah mati ketika ditiup sangkakala kedua kalinya. Manusia bangkit menuju Rabb mereka dalam keadaan telanjang kaki tanpa alas, telanjang badan tanpa sehelai kain pun dan dalam keadaan tidak dikhitan.
Al Ba’ts (hari kebangkitan) benar adanya berdasarkan dalil-dalil dari Al Qur’an, As Sunnah, dan Ijma’ kaum muslimin.
Allah berfirman : kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat (QA Al Mu’minun : 15-16)
Rasulullah bersabda : manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang tidak berpakaian, dan tidak berkhitan (Muttafaq ‘alaih).
2. Beriman dengan Al Hisab (perhitungan amal dan jaza’ (pembalasan)
Yaitu bahwa setiap hamba pada hari kiamat akan dihitung dengan amal-amalnya serta akan diberi balasan sesuai dengan amalnya. Sebagaimana hal itu telah ditunjukkan oleh dalil-dalil dari kita, as sunah, dan ijma’ kaum muslimin. Allah berfirman: sesungguhnya kepada kamilah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban kami-lah menghisab mereka (QS Al Ghasyiyah : 25-26)
3. Beriman dengan adanya Jannah surga dan Nar (neraka).
Beriman bahwa keduanya adalah tempat kembali yang abadi segenap makhluk (jin dan manusia). Adapun jannah adalah negeri yang penuh dengan kenikmatan yang Allah sediakan bagi hamba-hambanya yang beriman dan bertakwa. Di dalamnya penuh dengan kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan belum pernah terbetik di dalam hati manusia. Sedangkan neraka adalah negeri yang penuh dengan adzab yang telah Allah sediakan bagi orang-orang kafir lagi zalim. Di dalamnya penuh dengan adzab dan siksa yang kepedihannya belum pernah terlintas dalam benak manusia. Allah berfirman: dan peliharalah dirimu dari apu neraka, yang disediakan untuk orang-orang kafir (QS Al Imron: 131)
Beriman kepada hari akhir membuahkan hasil yang mulia di antaranya:
1. Senang dan semangat dalam menjalankan ketaatan karena mengharap pahala pada hari tersebut.
2. Merasa takut ketika hendak melakukan kemaksiatan atau merasa ridha dengannya karena takut pedihnya siksaan pada hari itu.
3. Seorang mukmin akan merasa terhibur dengan hilangnya sesuatu darinya perkara dunia dengan harapan mendapat ganti yang lain berupa kenikmatan dan pahala akhirat.